Minggu, 15 Februari 2015

Misteri PhD

Sebenarnya menjadi mahasiswa PhD itu kunci utamanya bukanlah pintar atau kaya melainkan endurance (ketahanan) atau yang dalam bahasa umumnya disebu Istiqamah. Pintar mungkin justru menempati posisi ketiga atau yang kesekian kalinya karena setelah kita punya daya tahan yang bagus, elemen penting nomor dua nya adalah motivasi. Dua hal ini menjadi bagian penting yang tak boleh hilang selama menjadi mahasiswa PhD selama lebih dari 1000 hari.

Kenapa endurance dan motivation yang penting? Bukankah syarat kelulusan mahasiswa doktor itu harus menemukan teori baru, barang baru, dan semua hal-hal yang belum pernah diteliti sebelumnya? Nah, untuk bisa mendapatkan maha karya itu bukankah dibutuhkan kecerdasan otak yang luar biasa?

Mayoritas masyarakat punya anggapan seperti itu terhadap mahasiswa doktoral. Namun setelah masuk kedalamnya baru mereka akan tahu bahwa pinter/cerdas itu penting namun masih kalah dengan endurance dan motivation.

Kenapa? Karena selama berhari-hari dan berbulan-bulan dalam kurun tahunan seorang mahasiswa PhD nyaris bekerja sendiri. Supervisor menganggap mereka sebagai kolega yang tak harus disetir setiap hari. Supervisor baru akan meminta mahasiswanya menghadap jika ada sesuatu kesalahan serius dari penelitian si mahasiswa tersebut. Jika aman-aman saja dan hanya punya persoalan yang sepele biasanya hanya cukup pemberitahuan melalui email.

Beda dengan mahasiswa Master dan Undergraduate yang punya timetable sangat jelas dan padat. Bahkan setelah tiga tahun menjadi mahasiswa PhD baru aku tahu bahwa menjadi mahasiswa master itu jauh lebih berat. Semua tugas kuliah harus selesai tepat waktu atau kena pinalti jika terlambat mengumpulkan.

Lalu kenapa banyak mahasiswa Doktor yang seringnya lulus terlambat jika PhD bukan sesuatu yang sulit? Jawabnya gampang saja. Karena rata-rata dari mereka tidak punya dua elemen penting tadi. Seringkali mahasiswa PhD terlena tidak kerja keras karena tidak ada target dari supervisor. Jadinya mereka menjadi full time traveller atau full time worker dan hanya menjadi part time researcher.

Namun ternyata lulus telat dari kuliah PhD itu masih jauh lebih baik. Ada beberapa yang drop out (DO) atau walk out (WO). Kalau DO karena mereka terpental, kalah bertarung selama menjadi PhD. Mahasiswa yang DO ini juga bukanlah mahasiswa yang tingkat kecerdasannya jelek melainkan justru seringkali cenderung pinter. Kelemahannya mereka punya tingkat endurance yang jelek atau tidak bisa mengatur motivasi sehingga seperti mobil yang kehilangan setir.
Kalau mahasiswa PhD yang WO biasanya mereka yang berusaha mengembalikan endurance dan motivation yang pernah hilang namun karena tekanan atau godaan yang datang terlalu besar maka memutuskan untuk menyudahi pertarungan ketika bel pertandingan belum dibunyikan untuk mengakiri pertarungan. Mereka menyerah kalah.

Jadi kalau menjadi mahasiswa PhD itu mudah kenapa banyak yang takut untuk masuk ke dunia PhD. Apakah misterinya terlalu gelap dan sulit terbaca?

London

5 komentar:

  1. Assalamualaikum Hanif, saya ingin bertanya saya berminat untuk belajar dalam Master in Islamic Law di SOAS University of London. Jadi di SOAS adakah kita benar2 akan belajar Master in Islamic Law?

    BalasHapus
  2. Bagaimana Hanif belajar di SOAS? Ok kah?

    BalasHapus
  3. Waalaikumsalam Aznida

    Iya kalau di SOAS mau belajar LLM di Islamic Law ya memang benar-benar belajar tentang hukum Islam. Ada banyak pakar/profesor hukum Islam yang sudah sangat mahir seperti Prof Mashood Baderin (supervisor PhD ku), Linn Welchman dan masih banyak lagi. Belajar di SOAS itu seperti belajar di tengah-tengahnya dunia karena begitu beragamnya latarbelakang mahasiswa yang belajar di SOAS.

    BalasHapus
  4. Waalaikumsalam Aznida

    Iya kalau di SOAS mau belajar LLM di Islamic Law ya memang benar-benar belajar tentang hukum Islam. Ada banyak pakar/profesor hukum Islam yang sudah sangat mahir seperti Prof Mashood Baderin (supervisor PhD ku), Linn Welchman dan masih banyak lagi. Belajar di SOAS itu seperti belajar di tengah-tengahnya dunia karena begitu beragamnya latarbelakang mahasiswa yang belajar di SOAS.

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah sangat gembira sekali mendengar berita ini...saya tidak sabar mahu memohon belajar di sana

    BalasHapus