Senin, 01 Desember 2014

Parto Jadi Pembicara di Parlemen Inggris

Seperti biasanya Parto selalu membuka email setelah menghidupkan komputer. Artinya hampir setiap hari dia membuka email. Tak lupa tentunya facebook sebagai jejaring sosial yang paling populer saat itu. Tak sahih rasanya Parto melewati setiap hari tanpa membuka email dan facebook disela-sela kesibukan riset doktoralnya.

Setelah emailnya terbuka Parto melihat satu email dari seseorang yang dia kenal. Disitu tertulis Papang Hidayat. Ya dia adalah seorang Warga Negara Indonesia yang bekerja untuk Amnesti Internasional yang berkantor di London. Parto Penasaran kenapa Papang mengirim email padahal biasanya cuma mengirim wassap ataupun sms.

Jika dilihat dari judul emailnya, email Papang tersebut sangat penting. Di kalimat awal Papang menulis "Bro, ada tawaran menarik nih, mau ga? Sori aku ga bisa karena ada acara." Cuma kalimat itu yang ditulis Papang. Selebihnya adalah tulisan dalam bentuk email yang terforward. Ternyata seseorang telah mengirim email ini ke Papang dan diteruskan ke Parto.

Lalu Parto membaca semua kalimat yang ternyata dalam Bahasa Inggris tersebut. Si Pengirim pertama meminta kepada Papang untuk menjadi pembicara di sebuah seminar yang diselenggarakan oleh Parlemen Inggris di Westminster. Ternyata Papang berhalangan hadir dan dia forward ke Parto. Siapa tahu Parto tertarik untuk menggantikannya.

"Wah, oke nih bro tawarannya. Oke deh aku siap." Parto membalas singkat emailnya Papang setelah melihat timetable pelaksanaan seminarnya, jam 7 - 8 sore hari Rabo di Discussion Room of House of Common. House of Common adalah tempat berkumpulnya para senator Inggris atau semacam MPR nya Indonesia.

Sebagai orang Indonesia tentu Parto sangat bersemangat untuk bisa berbicara di parlemen Inggris. Apalagi temanya tentang "Religious Radicalism in Indonesia", sebuah tema yang sangat cocok dengan riset doktoralnya Parto.

Pada hari pelaksanaan Parto telah menyiapkan semuanya. Dia hanya mendapatkan undangan menjadi pembicara dari email panitia. Selebihnya dia berjanji untuk bertemu dengan panitia di depan pintu masuk Gedung Parlemen Westminter.

Tepat jam 6.30 Parto sudah menunggu Annum, seorang perempuan muda yang ditugasi oleh panitia untuk menjemput Parto di gerbang masuk parlemen. Mereka berdua kemudian masuk ke parlemen melalui pintu pemeriksaan yang sangat ketat. Lebih ketat dari pemeriksaan di bandara. Mungkin Pemerintah Inggris takut kalau ada penyusup masuk dan kemudian meledakan gedung parlemen yang pernah digunakan syuting film nya Jackie Chan, Shanghai Knight. 

Gegung Parlemen Inggris memang begitu menakjubkan terutama malam hari. Tak heran jika semua wisatawan yang berkunjung ke Inggris menjadikan Westminter sebagai salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi. Meskipun bentuknya sangat artistik dan sangat mirip dengan sebuah bangunan museum kuno yang antik, namun didalamnya menyimpan berbagai macam kegiatan yang sangat penting. Tak hanya tentang kebijakan luar negeri Inggris melainkan seminar-seminar seperti yang akan dihadiri oleh Parto tersebut.

Ruang diskusi dari House of Common terletak di lantai tiga. Namun ternyata di gedung tersebut tidak ada lift atau eskalator. Semuanya manual.

Sesampainya di ruang diskusi Parto melihat beberapa orang sudah hadir termasuk beberapa anggota senat dan anggota Parlemen. Parto tentu sangat antusias bisa berbicara di depan orang-orang penting tersebut. Selama ini dia lah yang mendengarkan ceramah orang-orang bule. 

Diskusi berlangsung sangat sederhana. Tidak ada makanan termasuk kue. Yang ada hanya segelas air putih dan itupun hanya untuk Parto. Peserta tidak mendapatkan apa-apa. Memang semua kegiatan di Inggris sangat basic. Seminar internasional pun biasanya cuma ada kue atau sandwich untuk makan siang. Sangat berbeda dengan Indonesia yang lebih banyak makannya daripada substansi acaranya. 


London, 1 Des. 2014 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar