Senin, 01 Desember 2014

Intuisi Ibu Tak Bisa Dibohongi (Bagian 3)

Setelah semalam menginap di rumah pamannya, pagi harinya Parto memutuskan untuk mengunjungi Ilyas, kakak sepupunya yang menjadi mandor bangunan di Tanah Lot. Ilyas adalah tangan kanannya Sofyan. Saat itu dia sedang mengerjakan sebuah resort dengan lapangan golf milik seorang miliyuner di Jakarta. Lapangan golf tersebut konon menjadi yang terbaik se Asia Tenggara. Letaknya di tepi Pantai Tanah Lot. 

Tapi Tanah Lot sangat jauh dari Denpasar. Dia tidak tahu jalan untuk bisa sampai disana. Uang nya juga mulai menipis. Lalu Parto memutuskan untuk mengatakan keinginannya tersebut kepada Narti.

"Bulek, aku kerja sama Mas Ilyas saja ya." Parto berkata kepada Narti sembari membantunya menyiapkan makanan di dapur. 

"Oiya udah kamu nanti ikut saja mobil proyeknya Pak de mu. Sebentar lagi sopirnya datang. Nanti aku bilang ke sopir biar kamu diantar ke tempatnya Ilyas." Narti berkata kepada Parto sambil menata piring yang ada di meja makan. 

Setiap hari Narti harus menyiapkan sarapan untuk pegawainya yang nge-kos di rumahnya. Rupanya beberapa pemuda yang tadi malam berbincang-bincang di mushala adalah para pegawainya Sofyan. Mereka selalu sarapan di rumahnya Sofyan sebelum pergi bekerja di proyek. Parto hari itu juga berkenalan dengan para pemuda tersebut. Ternyata mereka semua dari Banyuwangi. Bahkan si sopir mobil proyek, Taufik berasal dari Watu Jati. Namun baru kali ini Parto berkenalan dengan Taufik.

Setelah selesai sarapan mereka kemudian berangkat ke Tanah Lot menggunakan mobil. Ada lima orang termasuk sopir yang berangkat dengan mobil tersebut. Mereka tidak duduk diatas kursi ketika di mobil melainkan duduk diatas semen, cat dan barang-barang proyek lainnya.

Setelah lebih kurang dua jam mereka sampai di proyek. Ada tulisan besar terbuat dari semen di pintu masuk kawasan proyek. 
"Anda Memasuki Kawasan Proyek Bali Nirwana Resort." Parto membaca papan nama tersebut dalam hati.

Setelah beberapa menit memasuki kawasan, mobil berhenti di depan sebuah bangunan. Ada tulisan 49 di tembok depan. Parto melihat bangunan setengah jadi tersebut. Pintunya terbuat dari kayu jati dan atapnya dari ilalang yang sudah diawetkan. Beberapa tumpukan marmer dan granit terlihat di depan pintu. Lalu Parto dan rombongan masuk ke dalam. Di bagian belakang ternyata ada kolam renang dan bath tub yang sangat besar. 
Parto memperkirakan bangunan dua lantai tersebut mungkin harganya berkisar satu miliar rupiah lebih. 

"Wah, pasto hanya orang berduit yang bisa beli rumah ini..." Parto bergumam dalam hati.

"Eee...To, kapan kamu kesini. Apa mau kerja sama aku..?" Parto mendengar suara dari arah samping.  Suara itu begitu dikenalnya selama masih di Watu Jati. Ya itu adalah suaranya Ilyas, kakak sepupunya.

"Woi Mas, Gimana kabarnya? baik-baik saja kan? iya nih aku mau kerja nyari duit buat sekolah. Bapak ku sudah tidak sanggup membiayai aku lagi. Aku kerja apa saja mau.." Parto menyahut Ilyas sembari menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

"Ya udah kamu kerja mulai sekarang. Itu ada kayu-kayu yang harus diobat sebelum dicat." Ilyas menunjuk beberapa jendela kayu yang baru dipasang. Kayu-kayu tersebut harus digosok dengan penghalus sebelum dicat. Dan menggosoknya pun tidak hanya sekali. Bisa tiga atau empat kali.

Sejak saat itu Parto bekerja di Bali Nirwana Resort. Ada puluhan rumah dan hotel yang harus diselesaikan. Mungkin butuh tahunan untuk menyelesaikan proyek tersebut. 

(bersambung...) 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar